Tentang Denny, atau Denna sebagaimana dirinya dikenal kini.
Tulisan berjudul Bebas yang saya unggah di laman blog saya pada tahun 2017, memang ditulis ketika saya memikirkan Denny, atau Denna sebagaimana ia dikenal kini. Menyebut ia hanya kawan sebetulnya terlalu menyederhanakan hubungan persahabatan kami sejak belasan tahun lalu. Ia jelas-jelas lebih dari itu.
Kami memang jarang bertemu. Dalam 3 tahun terakhir ini kami bertemu bahkan hanya hitungan jari. Tapi kami berkirim pesan sesekali, atau saling memberikan respon pada story di akun IG masing-masing.
Setiap mengintip akun IG nya, saya selalu lega karena ia baik-baik dan berkembang dalam bisnisnya. Dan tentu saja, ia cantik luar biasa.
Akhir tahun lalu ia pernah mengirimkan pesan. Mengabari dirinya sedang sakit, dan kangen pada kami teman-temannya. Tapi engga lama, ia berkirim pesan lagi.
“Engga apa-apa belom bisa ketemu, yang penting sehat-sehat semua”, begitu pesannya.
Lalu kabar perihal kepergiannya datang, di sabtu pagi hampir tiga pekan yang lalu. Beberapa kawan mengontek saya, memastikan apakah kabar itu benar atau tidak. Saya tidak bisa menjawab apapun. Kaget. Tentu saja. Karena saya jelas-jelas melihat ia memposting dan membagikan story di akun IG satu hari sebelumnya. Lalu lewat sanak keluarganya, saya dan beberapa kawan memastikan bahwa ia memang benar-benar telah berpulang.
Kesedihan saya, bukan hanya karena belum sempat bertemu, tapi juga belum sempat bilang betapa ia adalah salah satu manusia paling berani yang saya kenal.
Saya dan beberapa sahabat dekatnya, tahu dengan pasti bahwa ia telah berjuang lama: mendobrak, melawan, dan lalu berdamai dengan hidup. Kemudian menyadari bahwa tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menerima kenyataan bahwa dirinya memang berbeda. Maka ia memulai segalanya lagi dari awal, sebagai Denna.
Di depan pusaranya, saya katakan begini
"Den, gausah dilawan lagi, istirahatlah sudah, ya"
Komentar