Ungkapan Cinta untuk Sirius Black
Dulu dan sekarang, saya masih jadi penggemar berat seri novel Harry Potter. Bisa dikatakan bahwa saya tumbuh dewasa bersamaan dengan novel dan film ini, menunggu dengan sabar setiap film-nya, mencari dengan tabah novel-novel yang pada saat itu memang masih jarang, berkeliaran di beberapa perpustakaan daerah, berkelahi dengan murid dari sekolah lain hanya karena perkara siapa yang berhak meminjam lebih dulu, lalu menghabiskan berhari-hari untuk membaca dengan merelakan jam istirahat yang berkurang dan membaca di sela-sela jam belajar di kelas. Setelah selesai saya akan membicarakan hal ini tanpa henti, karena sekolah sihir Hogwarts, Mantra, Quidditch, Orde Phoenix, The Burrow, dan Hogsmeade selalu menjadi bahan obrolan yang tidak ada habis-habisnya buat saya dan beberapa orang kawan.
Dari semua novelnya, novel kelima: Harry Potter and the Order of the Phoenix adalah kesayangan saya sepanjang masa. Novel ini tebalnya nyaris 1200 halaman, saya ingat nyaris tidak tidur selama tiga hari hanya untuk menyelesaikan semua ceritanya. Tapi novel ini juga yang paling membuat saya frustasi, ini tentu saja karena tokoh kesayangan saya harus meninggal. Saya suka Harry, dia selalu saya anggap sebagai cinta pertama saya, saya juga suka Harmione yang cerdas dan tentu saja Weasley Bersaudara, tapi tidak ada tokoh yang paling saya cintai melebihi cinta saya pada Sirius Black, dan kematiannya di novel ini adalah patah hati terberat yang pernah saya alami. Lho, gimana engga? Doi mati mendadak coyy... setelah terkena kutukan dari si Bellatrix yang tidak lain adalah sepupunya sendiri, trus tiba-tiba doi jatuh kesebuah selubung bertirai di salah satu ruangan Departemen Misteri, dan udah begitu aja, jatuh, hilang, bahkan Harry sendiri ga percaya, apalagi saya. Hiks.
Pemeran Sirius Black dalam film Harry Potter |
Sirius Black juga mengingatkan saya pada salah satu bintang paling terang di langit; bintang Sirius yang berada di rasi Canis Mayor. Nah, mungkin untuk orang awam yang tidak ngeh sama atronomi, seperti saya ini, pasti mengalami kesulitan untuk memastikan letak rasi bintang tersebut, tapi bintang Sirius mudah dikenali, letaknya tidak jauh dari sabuk Orion atau saya biasa menyebutnya sebagai bintang deret tiga. Kenapa harus bintang deret tiga? itu karena diantara milyaran kerlip cahaya, ada tiga bintang yang membentuk satu garis lurus dengan jarak kedua sisi kanan maupun kirinya terlihat sama, kemudian tarik lagi satu garis lurus dari sabuk Orion tetapi sedikit lebih panjang, maka akan menemukan satu bintang yang lebih besar dan lebih terang cahayanya, maka itulah bintang Sirius.
Membicarakan ini saya seperti terjebak dalam kenangan masa kecil, masa dimana ketika melihat bintang memiliki keasikanya sendiri. Saya pernah dibelikan Ensiklopedia Ruang Angkasa, meskipun lebih tepatnya memaksa minta dibelikan oleh ibu ketika sekolah dulu, saya lupa kapan itu, mungkin antara kelas 5 atau 6 SD, di tengah halamannya ada peta bintang untuk langit utara dan langit selatan, dan seingat saya itulah kali pertama saya mengenal nama-nama rasi bintang juga mitologinya. Buku itu akhirnya jadi teman saya sampai sekarang, ada halaman-halaman yang hilang memang, termasuk peta bintangnya, tapi halaman yang lain masih sempat saya selamatkan. Waktu kecil saya kerap duduk dihalaman rumah, jika cuaca sedang cerah dan rumput kering saya biasanya menggelar kain panjang lalu tidur diatasnya dan melihat langit sambil mencoba mencari rasi bintang lalu menggambar dengan jari dan mencocokan dengan peta bintang yang saya punya.
Lalu saya tumbuh dewasa, dan malam tidak lagi sehangat dan menenangkan seperti saat itu.
Kecintaan saya terhadap novel Harry Potter dan Sirius Black nyatanya tidak berkurang sedikitpun hingga kini, bahkan ketika saya tergila-gila pada karya Eka Kurniawan atau melahap habis semua tulisan Paulo Coelho di usia dewasa saya. Seperti cinta pertama yang kadang sulit dilupakan itu, begitu juga novel ini buat saya. Harry mungkin cinta pertama saya, tapi sirius Black adalah cinta tak terungkap saya, itu karena saya tak menyadari kalau saya sebetulnya cinta pada tokoh ini sejak awal, baru setelah kematiannya yang mendadak itu saya histeris sejadi-jadinya. Berbeda dengan tokoh Albus Dumledore atau Severus Snape, yang kematiannya saya terima dengan iklas meski awalnya sedikit terkejut, bagaimanapun harus ada tokoh penting yang mati di akhir cerita, dan ini dibuktikan oleh dua kematian kepala Sekolah Sihir Hogwarts, tapi untuk kematian Sirius tetap tidak bisa saya terima, saya terlanjur membayangkan tokoh ini hidup sampai novel terakhir, hidup bahagia setelah menderita 12 tahun di perjara Azkaban dan 2 tahun sebagai pelarian, tinggal di Grimauld Place No.12 bersama Harry.
Setelah menulis ini, sepertinya saya akan membaca ulang novel-novel Harry Potter atau sekedar duduk untuk melihat langit malam dan menemukan Sirius saya disana.
Komentar